Desir angin laut yang dingin menusuk kulitku. Kutarik sarung dari bahan kain tebal dan meringkuk karena dingin. Gila, kata hatiku. Kenapa aku mesti datang ketempat seperti ini. Aku terpaksa tidur di balai-balai bambu yang ada di tepi pantai bersama anak-anak nelayan yang kebetulan tidak melaut.
Tadi siang aku sampai di desa ini. Sebuah desa nelayan di Jawa Tengah bagian timur. Desa ini berada di jalur pantura. Aku datang kesini dalam rangka pemetaan wilayah untuk konservasi pantai. Sebenarnya aku bisa saja nginap di hotel dan kembali ke desa ini besok karena desa ini dekat dengan kota dan berada di jalur pantura yang setiap saat ada bus jurusan Surabaya–Semarang yang lewat. Tapi aku lebih memilih tinggal di desa ini karena ingin lebih mengenal karakter penduduk di daerah nelayan.
Barang-barang aku titipkan di rumah Bapak Kepala Desa dan telah mendengar cerita dari Bapak Kepala Desa bahwa anak-anak nelayan (terutama yang belum berkeluarga) biasa tidur di tepi pantai di atas balai bambu atau di atas pasir yang bersih. Sebenarnya aku telah disediakan kamar oleh istri Pak Kepala Desa. Namun aku lebih memilih berbaur dengan anak-anak nelayan dan tidur di tepi pantai.
“Tidur di rumah aja nak Anto, nanti kedinginan lho.” Kata Pak Kepala Desa ketika aku pamit untuk pergi ke pantai.
“Maaf pak, saya ingin tidur di pantai, sekalian nanti biar bisa ngobrol dengan anak-anak desa ini, saya pengin tahu lebih dalam tentang desa ini” jawabku.
“Baiklah, nanti kamu bersama Pras ke pantai dan ini untuk selimut biar gak kedinginan” Kata Pak Kepala desa sambil menyerahkan sarung dari bahan kain tebal warna biru kepadaku.
Tak berapa lama, pemuda yang disebut Pak Kepala Desa dengan nama Pras muncul dengan hanya mengenakan kaos dan sarung yang bahan dan warnanya sama dengan yang diberikan kepadaku.
“Ini Pras nak, Pras ini Mas Anto. Nanti temenin mas Anto ya.” Kata Pak Aris sang Kepala desa.
“ Ya, Pak .” Jawab Pras singkat. Sambil mengulurkan tangan kepadaku dan kusambut. Genggaman Pras begitu kuat dan tanganya agak kasar, "maklum anak nelayan" batinku.
Singkat cerita aku dan Pras sudah berada di balai bambu yang ada di tepi pantai. Ada banyak sekali balai bambu berjajar di spanjang pantai desa ini dan kuperhatikan anak-anak nelayan dan beberapa orang dewasa duduk-duduk sambil ngobrol. Kami memilih balai bambu paling ujung dan hanya kami berdua disana.
“Mas Pras umurnya berapa?” tanyaku memecah kebisuan kami.
“Hampir 25 tahun mas. Kalau Mas Anto berapa?” Jawabnya sambil balik bertanya kepadaku.
“30 tahun” jawabku singkat.
Kemudian Pras yang lebih banyak bercerita tentang kehidupan nelayan dan anak-anak nelayan di desa ini. Yang paling menarik perhatianku adalah cerita tentang anak-anak nelayan yang suka mabuk dan melakukan sodomi kepada temanya sendiri untuk menyalurkan hasrat sexual mereka yang tergolong tinggi.
“Biasa mas, anak-anak suka saling coli atau ada yang mau di'Mairil' (istilah sodomi di daerah ini)” Kata Pras
“Ah udah ngantuk nih mas, tidur yok” katanya lagi sambil terus rebahan dan menarik sarungnya untuk selimut.
Aku mengikuti dan berbaring disisinya kami berdua diam dan tak lama kemudian terdengar Pras mulai mendengkur. Lama aku gak biasa tidur dan terus membayangkan anak-anak nelayan yang begitu berotot dan aku juga membayangkan kontol mereka yang coklat tua dan bersunat. Tapi untuk memulai aku takut. Aku tarik sarungku dan kemudian tertidur pulas.
Aku tersentak kaget saat merasakan dingin di bagian bawah tubuhku dan ada yang meraba-raba pantatku. Kulirik Pras masih ngorok di sebelah kananku. 'Lalu ini tangan siapa dan kemana celanaku?' tanyaku dalam hati.
Aku menggeliat dan pura-pura tetap tidur. Sarung yang kupakai semakin tersingkap keatas dan tangan kasar itu semakin buas meremas pantatku dan berusaha menusuk Asholeku dengan jarinya yang telah dibalur dengan ludahnya.
Aku membalikan badanku dan sambil pura-pura tetap tidur aku lirik pemuda yang ada di depanku dan tanganya masih meraba-raba pantatku, sementara kontolku sudah ngaceng berat karena rangsangan dari tangan tadi.
Kulihat seorang pemuda dengan body bagus dan otot yang menonjol di seluruh tubuhnya dan kulirik kebawah tampak sebuah batang tongkat panjang dan besar berkilat diterpa sinar bulan yang mulai redup. Aku terkesima dan kupandangi wajah pemuda didepanku yang tengah asik mengelus pantatku dengan mata terpejam dan kontol besar yang lagi ngaceng.
Aku gak tahan dan aku turunkan badanku dan kubuat gerakan cepat sehingga pemuda tadi tidak menyadari bahwa kontolnya kini sudah ada digenggaman tanganku. Aku mulai mencium kepala Kontol yang sudah mengeluarkan precum dan tampapak berkilat itu. Pemuda itu rupanya menyadari keinginanku dan membiarkan aku melakukan apa saja yang aku mau. Dan tanganya kini pindah keatas kepalaku dan meremas-remas rambutku.aku terus saja menjilati ujung kepala kontol pemuda itu dan kemudian aku kulum dalam mulutku. Kubuat gerakan maju mundur dengan ritme teratur dan lidahku terus bergerak memberilan sensasi yang luar biasa pada pemuda itu. Terdengar lenguhan-lenguhannya yang penuh nafsu.
“Ooogrh,,,,,,,,aaagh,,,,,,,,,,,,,,,,,uuuh.”Aku tak peduli dengan apa yang terjadi. Kugiring kontol pemuda itu mencapai puncaknya dan saat puncak orgasmenya datang pemuda itu mencengkeram rambutku dan membenamkan kepalaku keselangkanganya dan muncratlah air kenikmatan itu dalam kerongkonganku dan kutelan habis tanpa sisa.
Deru nafas pemuda itu makin melemah dan akhirinya tuntas sudah birahi pemuda itu. Tapi aku belum apa-apa, kontolku masih ngaceng. Aku kemudian bergerak naik dan menunggingkan pantatku kearah Pras sambil kucium pemuda yang telah memuntahkan lahar nikmatnya yang kini tengah berenang dalam lambungku.
Rupanya Pras dari tadi telah memperhatikan kegiatan kami. Serta merta anak ini merangkulku dan menarik tubuhku kearahnya, kemudian dengan kasar Pras menusukan kontolnya yang tak kalah besar dengan milik Pemuda tadi.
“Arrrrrgh”erangku sakit. Tapi Pras tidak peduli. Dengan kasar dia sodokan batang kontolnya dalam lubang anusku.
Aku kesakitan tapi kontolku semakin tegang dan berkedut. Setelah batang kontol itu masuk seluruhnya Pras membuat gerakan maju mundur dengan ritme yang teratur. Kadang menghentak, kadang pelan. sementara mulut Pras menciumi belakang telingaku dan juga leherku.
“Gila, enak betul lobang orang kota ini” seru Pras disela nafasnya yang makin memburu.
“Sedotan mulutnya malah lebih enak” celetuk Pemuda di depanku yang kini tanganya asik mencoli batang kejantananku dan bibirnya terus menciumi pipi dan bibirku.
Sementara aku mendapatkan sensasi luar biasa dari dua pemuda nelayan ini. Aku mengerang-erang sejadi-jadinya dan saat pertahananku jebol, seluruh tubuhku mengejang dan
crot…
crot…
crot...
Air kenikmatan yang keluar dari kontolku menyembur mengenai dada dan perut pemuda yang ada didepanku.
“Aaaarrrrrrgggggghhhhhh” erangku panjang dan itu memacu pula orgasme Pras.
Pemuda ini membenamkan batang kontolnya yang besar dan panjang kedalam lobangku dan terasa menembus ususku serta merta Pras merangkulku dengan ketat dan seolah tak ingin melepaskanku.
Saat itu aku rasakan beberapa kali kedutan dalam anusku dari kontol Pras yang menyemburkan lahar panas dan nikmat dalam lobangku.
“Oooh...aaagh....”erang Pras.
Kemudian semua sunyi dan hanya dengkur kami bertiga yang terdengar karena kami telah lelah mengarungi dalamnya samudra indah yang kini terdampar ditepian pantai.
Esok paginya kami bangun dan kembali ketempat masing-masing sambil berjanji untuk ketemu lagi nanti malam. Aku dan Pras kerumah Pak Kepala Desa dan Pemuda tadi yang kukenal dengan sebutan Romlan kembali kerumahnya.
“Gimana tadi malam nak Anto? Tidurnya pulas dan tak diganggu sama anak-anak?" Tanya Pak Kepala Desa.
“Pulas Pak, makasih.” Jawabku sambil melirik kearah Pras yang tersenyum penuh arti kepadaku.
***
Cari Bf sederhana&gk matre,sy pria dewasa 35 thn di Jkrt,coll 081389913769
BalasHapusCari Bf sederhana&gk matre,sy pria dewasa 35 thn di Jkrt,coll 081389913769
BalasHapus